top of page

Melihat dengan mata seorang fotografer

Updated: Feb 8, 2022

Setiap individu dan disiplin ilmu memiliki sudut pandang yang berbeda dalam melihat suatu kejadian. Misalnya dalam sebuah photoshoot ketika mereview sebuah foto, antara fotografer, make up artist, stylish, producer, client, dll pasti memiliki sudut pandang tersendiri.


5D mkiv ; 50mm ; f10 ; ISO 200 ; ss 1/100 || ©yedijaluhur

Seorang make up artist akan mereview foto tersebut dari sudut pandangnya, yaitu bagaimana make up nya, apakah sudah bagus, eyeliner kurang ga? blush on nya gimana? lipstik nya sudah oke belum warnanya, dsb.


Seorang Stylish akan mereview apakah bajunya sudah cocok untuk konsep yang diberikan klien, style bajunya oke ngga dipake di modelnya, bagaimana aksesoris yang dikenakan, dsb


Klien melihat product yang sedang ia foto (dalam foto diatas yaitu softlens), apakah produk tersebut sudah bisa langsung dipahami oleh kliennya, kelihatan ngga, kalau di crop nanti gimana, dsb.


Sedangkan model dalam foto tersebut mungkin akan memperhatikan pose yang sedang terjadi, angle foto tersebut sudah sesuai dengan mereka belum, senyumnya gimana, dan sudah kelihatan "kurus/cantik" belum.


Dan seorang fotografer (dan jika merangkap seorang produser) akan melihat bagaimana lighting yang dihasilkan, apakah jatuh bayangan nya sudah sesuai dengan konsep yang diberikan oleh klien, terangnya sudah cukup belum, cahayanya sudah rata belum apakah ada distorsi yang berarti, dll.


Terlepas dari itu, sang fotografer memiliki tanggung jawab untuk mengcompile semua masukan yang diterima, dan menerjemahkan ke dalam visual yang diinginkan oleh setiap individu ini. Di dalam artikel ini, saya akan memberikan sebuah tips tentang bagaimana cara melatih memiliki "mata" seorang fotografer.


Tips #1

Gunakan 1 focal length saja.


ilustrasi lensa fix

Ketika kalian membeli kamera, tentunya akan mendapatkan sebuah lensa, baik itu lensa kit yang bisa di zoom, atau lensa fix (biasanya disimbolkan dengan 35mm, 50mm, dsb yang tentunya zoom nya manual menggunakan kaki kita.


Coba berlatih hanya dengan 1 focal length pilihan saja tentukan baik 24, 35, atau 50 dan jangan pernah mengubah nya selama beberapa bulan. Jika hanya memiliki lensa zoom, coba di lock di 1 focal length juga. Gunakan untuk berbagai scene foto baik itu memotret landscape, memotret model, street foto dll. (asal bukan job dari klien aja). Dengan begitu, kalian akan menemukan kelebihan dan kekurangan focal length yang anda pilih sehingga di setiap scene, kita "melihat" atau menganalisa sebuah kejadian dengan sudut pandang focal length yang kita miliki. Saya berikan beberapa contoh dibawah ini :


• 35mm Focal Length

5D mkiv ; 35mm ; f2 ; ISO 100 ; ss 1/1000 || ©yedijaluhur
5D mkiv ; 35mm ; f2 ; ISO 4000 ; ss 1/50 || ©yedijaluhur

Pada 2 foto diatas saya menggunakan lensa 35mm untuk story telling yaitu selain memotret dengan subject utamanya seorang model, saya memperlihatkan suasana dimana model tersebut difoto. Untuk foto pertama di sebuah taman, model tersebut terlihat sedang berjalan dari kejauhan dan juga memanfaatkan "guiding line" dari jalan tersebut untuk mempercantik komposisi. Sedangkan pada foto ke 2, saya menggunakan basic center komposisi dan memanfaatkan cahaya mobil & motor menjadi backlight utnuk memperlihatkan gemerlap dan rame nya suasana perkotaan di daerah kota tua jakarta tersebut.


5D mkiv ; 35mm ; f2 ; ISO 320 ; ss 1/125 || ©yedijaluhur
5D mkiv ; 35mm ; f2 ; ISO 500 ; ss 1/100 || ©yedijaluhur

Pada 2 foto selanjutnya diatas, saya memanfaatkan range 35mm utnuk membuat foto close up, yaitu memperlihatkan intimacy pada model tersebut, mengesankan model tersebut ada tepat didepan lensa kita yaitu tentunya dengan memanfaatkan persepektif juga yang ada di benda sekitar.



• 85mm Focal Length

6D ; 85mm ; f2.8 ; ISO 3200 ; ss 1/60 || ©yedijaluhur

6D ; 85mm ; f1.8 ; ISO 2500 ; ss 1/125 || ©yedijaluhur

Pada kedua foto diatas, saya menggunakan 85mm untuk meminimalisir distorsi yang ada, dan juga saya gunakan untuk memotret landscape dari scene tersebut. Jika saya menggunakan lensa 24, atau 35 yang saya dapatkan adalah tiang2 yang distorsi dan perspektif.


6D ; 85mm ; f1.2 ; ISO 3200 ; ss 1/80 || ©yedijaluhur

Belakang pasangan tersebut sebenarnya adalah sungai yang sangat luas, dengan pantulan cahaya gedung yang ada di air. Saya memanfaatkan kompresi yang ada pada lensa 85mm untuk mendapatkan bokeh yang cantik pada foto diatas. dengan angle yang sedikit keatas.


6D ; 85mm ; f2.0 ; ISO 400 ; ss 1/400 || ©yedijaluhur
6D ; 85mm ; f13 ; ISO 160 ; ss 1/125 || ©yedijaluhur

Pada foto pertama yang close up, saya menggunakan 85mm selain untuk menghilangkan distorsi yang mungkin dihasilkan, yaitu juga untuk memblurkan background sehingga foto terlihat lebih cantik, sedangkan pada foto ke 2, saya menggunakan 85mm untuk foto full body supaya tidak ada distorsi pada model. Ketika kalian sudah lebih menguasai 1 focal length, maka jika berada di kondisi tertentu, mata kalian sudah langsung tahu, focal length berapa yang harus digunakan tanpa harus mencoba-coba terlebih dahulu, selain itu kalian juga dapat memvisualisasikan hasil foto sebelum menekan tombol shutter.

Tips #2

Sering melihat referensi foto



ilustrasi majalah

Gunakan sosial media kalian untuk belajar "melihat". Follow fotografer favorit kalian di instagram dan perhatikan foto-fotonya juga analisa fotonya secara mendalam (bukan hanya dari subjek foto), tetapi juga perhatikan bagaimana fotografer tersebut memanfaatkan cahaya yang ada dalam ruangan, property yang ada, pose yang digunakan, komposisi foto yang digunakan dsb. Setelah itu jangan terpaku hanya dari 1 atau 2 orang saja, tetapi pelajari genre foto yang lain, pelajari bidang study lain seperti arsitektur, lukisan dll sehingga kita memiliki pandangan yang luas & bisa melihat dari berbagai sisi bukan hanya dari "mata fotografer" kita saja. Datangi juga museum-museum kontemporer art, modern art, seni instalasi, dsb untuk menambah wawasan melihat sebuah warna, komposisi, penataan barang, dsb.


Metode yang sering saya gunakan untuk belajar adalah dengan melihat majalah yang dijual di toko-toko buku. Melihat majalah fashion asia, barat, dll untuk mempelajari karakter foto mereka. Berdasarkan pengalaman saya, dulu ketika masih sekolah SMA, saya sudah menyukai foto-foto model jepang, bahkan saya mengkoleksi foto tersebut di komputer saya, dan secara tidak sadar hal tersebut mempengaruhi foto saya, hasil foto edit, dsb hingga hari ini.


Teruslah memotret, tambah jam terbang, explore genre-genre dalam fotografi :)




45 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page